ada rasa geram dalam mulutku, ketika kau berjalan sendiri disana.
tanpa menoleh, tanpa menyapa.
hasratku ingin memanggil, atau sekedar menyadarkan matamu bahwa ada asa ingin mencinta.
sayang, kau selalu sibuk dengan langit-langit harap.
hingga aku tak lagi berwujud, hingga aku tak lagi berbayang.
namun mata dadu dengan enam titik dari Tuhan masih berpihak padaku, ia memberika lipatan kesempatan.
hingga aku meminta agar Ia mencuri perhatianmu untuk kedua tangan dan kakiku.
di pinggir jalan yang aku duduki, kau kini datang dengan senyuman.
anginpun ikut menyampaikan kabar gembira bahwa kini kau tak sekedar lewat.
bahwa kini kita saling menatap
di pinggir jalan yang aku duduki, kaki kaki kita berdekatan, di titik Nol Kilometer.
duhai, adakah aku bisa tersenyum sekarang? menyapa mu di Nol Kilometer...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar