Jumat, 16 April 2010

CERITA KEMARIN PART II

Adzan subuh menggema alam gelap, membangunkan siapa saja yang mendengarnya, aku tidak terbangun karena seruan shalat ini, itu karena aku memang tidak bisa memejamkan mata sedikitpun tadi malam. Aku takut ia akan datang kembali …

Aku berjalan melewati reruntuhan bangunan ini, masih terdengar suara isak tangis dan rintuhan orang-orang di sekelilingku. Hingga akhirnya langkah ku terhenti di depan bangunan masjid yang masih berdiri dengan kokohnya, se olah-olah memang hanya ini yang pantas kami ingat dan gunakan saat hati membeku layaknya batu di tengah gurun pasir.

Hari kemarin , aku masih tertidur dengan pulas ketika adzan menggema, tidak memperdulikanya dan tetap meringkuk di balik selimut tebal ku.

“ampuni aku ya Allah .. “ do’a ku ketika sujud akhir dalam shalat subuh ku. Ketika aku selesai shalat, aku tidak berniat untuk tidur ataupun sekedar malas-malasan di pagi hari. Dengan mata yang basah, ku telusuri jalan ini. Hanya dengan penglihatan mata terlanjang aku tetap mencari meskipun gelap adanya.

“ibu .. ayah mana? Aku laper bu” ucap seorang anak pada wanita yang tergeletak tanpa nyawa itu. Apa aku harus menolongnya ? sedangkan akupun butuh pertolongan yang sama?

Hari kemarin .. aku masih bisa memakan apapun yang aku mau, tak memperdulikan seberapa banyak dan mahalnya makanan it. Bahkan aku tidak perduli dengan mamfaat makan itu bagi ku. “ ampuni aku ya Allah ..” Do’a ku ketika menyadari keserakahan ku hari kemarin.

Tak terasa mataharipun perlahan-lahan memancarkan sinarnya. Sinar yang tak lagi hangat untuk ku dan mereka semua. Kami merasa akan terbakar oleh panasnya sinar matahari yang akan datang. Terbakar karena Dosa dan kenistaan yang melekat pada jiwa-jiwa kami.

“ bagaimana ini pak? Kita kekurangan alat berat?” ucap pria gagah dengan seragam relawanya itu. “gunakan tenaga kita semampunya, insya Allah pertolongan akan segera datang lebih banyak.”

Aku hanya menatap kosong kerja keras mereka. Siapa mereka ? apa aku mengenalnya sehingga mereka ada disini dan membantuku?

Pagipun datang tanpa suara kicauan burung ataupun kabut sejuk dari langit, yang ada hanyalah kesibukan dan tangisan-tangisan yang ada.

“ pak, ibu saya entah dimana, tolong saya pak … “ ucap orang itu sambil menangis. Ingin rasanya aku menangis sejadi –jadinya dan mengatakan hal itu pada siapapun yang kini ada di depan ku. Keluarga ku, dimana mereka semua? Apa hanya ada aku?

Hari kemarin .. membuat ku gila .. membuat aku terus berfikir apa yang telah membuat hancur semua ini. Laut itu ... air itu … gempa itu … membuat negri Aceh ku hancur.. membuat kami kehilangan semua yang kami punya keculi tubuh kami yang masih bernyawa .

Hari kemarin membuat ku mengais dan menyesal. Negri Aceh ku yang megah kini menjadi Lumpur berbau busuk. Hanya mesjid serambi Mekah ini yang tersisa, yang kembali mengiatkan kami bahwa hanya ini yang perlu kami ingat.

Entah Dosa apa yang membuat tuhan kami murka dan menyadarkan kami dengan cara menampar kami. Dengan tamparan keras yang dahsyat adanya. Oh nergi Aceh ku yang malang..

Kini aku dan mereka merasakan apa yang memang pantas kami rasakan. Kesombongan yang selalu mewarnai hari ku kini harus ku bayar dengan kehilangan segalanya .. ampuni kami Ya Allah ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar